Ikhtisar Undang-Undang Ketenagakerjaan

"Boss, saya dah kerja penuh lapan jam!" Kalimat ini keluar setiap hari dari mulut pekerja Hong Kong, tapi tahukah anda mengapa harus lapan jam? Ternyata di baliknya ada Ordinan Perkhidmatan yang menjadi "atasan tak kasat mata" yang diam-diam melindungi tangan dan kaki kita. Meskipun dia tidak akan memberi angpao, tetapi dia memastikan kita tidak dipaksa bekerja dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam.

Menurut Ordinan Perkhidmatan, meskipun Hong Kong belum memiliki "jam kerja standard" yang ditetapkan secara hukum, undang-undang dengan jelas menyatakan bahwa jika bekerja secara terus-menerus lebih dari lima jam, harus diberikan waktu istirahat minimal tiga puluh menit. Tidak diberi waktu makan? Bisa dilaporkan! Selain itu, setiap tujuh hari harus ada hari rehat berterusan selama 24 jam, sehingga Anda punya kesempatan untuk rebahan di rumah, menonton drama, tidur nyenyak, atau ngobrol dengan kucing.

Sedangkan untuk cuti umum, pekerja yang layak berhak atas 13 hari cuti resmi per tahun (jumlah ini akan bertambah setiap tahun hingga mencapai 17 hari pada tahun 2030). Jika majikan meminta karyawan bekerja pada hari libur, selain harus memberi pemberitahuan sebelumnya, juga harus memberikan cuti ganti atau membayar upah dua kali lipat. Tidak bisa main-main bilang: "Kali ini tolong usahakan, bulan depan baru diganti." Hukum tidak suka penundaan!

Intinya, Ordinan Perkhidmatan bukan seperti buku pelajaran yang kaku, melainkan lebih seperti pengurus yang perhatian, memastikan Anda bekerja dengan semangat tanpa merusak kesehatan. Ingat, penjadwalan shift tidak hanya harus fleksibel, tetapi juga harus sesuai hukum—kalau tidak, mungkin mulut Anda tidak cukup untuk menjelaskan.



Jam Kerja Standard dan Lembur

Jam kerja standard dan lembur, terdengar seperti pertarungan tarik-menarik antara bos dan karyawan—yang satu ingin pulang tepat waktu untuk nonton drama, yang lain ingin kerja dua jam lagi agar hemat biaya lembur. Namun menurut Ordinan Perkhidmatan, ini bukan soal siapa yang berkuasa, tapi sudah diatur secara tertulis! Secara umum, jam kerja harian normal tidak boleh melebihi delapan jam, dan dalam seminggu tidak boleh lebih dari empat puluh delapan jam. Begitu melewati batas ini, selamat, Anda resmi memasuki wilayah "kerja lembur", dan wilayah ini bukan prasmanan gratis bagi bos.

Lembur boleh saja dilakukan, tetapi kompensasi harus jelas. Meskipun undang-undang tidak mewajibkan "harus bayar uang lembur", jika majikan meminta karyawan bekerja lembur, maka harus membayar upah sesuai jam kerja aktual. Di banyak sektor, umumnya menggunakan hitungan "1,5 kali" upah normal. Meskipun ini bukan kewajiban hukum, namun telah menjadi kesepakatan umum antara pekerja dan majikan. Yang lebih penting, semua catatan jam kerja harus disimpan minimal 12 bulan. Kalau Departemen Tenaga Kerja datang memeriksa, file Excel Anda tidak boleh kosong!

Jangan kira cukup bilang lisan, "Malam ini ayo gas!" Cara yang benar adalah membuat perjanjian terlebih dahulu, mencatat dengan jelas, dan membayar tepat waktu. Jika tidak, ringannya kena denda, parahnya bisa dibawa ke Tribunal Perburuhan—dan saat itu yang hilang bukan hanya uang, tapi juga reputasi perusahaan dan moril tim.



Hari Rehat dan Pengaturan Cuti

Hari rehat? Cuti? Tidak bisa seenaknya saja! Bagi pekerja Hong Kong, momen paling dinantikan—"libur"—sebenarnya telah dijamin secara tertulis oleh Ordinan Perkhidmatan. Setiap tujuh hari harus ada minimal satu "hari rehat wajib", dan hari ini tidak hanya harus diberikan, tapi harus berupa periode 24 jam yang berkelanjutan. Jangan coba-coba membagi jadi dua bagian setengah hari, karena itu melanggar hukum! Lebih penting lagi, hari rehat tidak boleh dipaksakan untuk bekerja, kecuali terjadi keadaan darurat sungguhan, dan harus diberikan cuti ganti serta kompensasi tambahan. Kalau tidak, siap-siap dipanggil ngobrol oleh Departemen Tenaga Kerja.

Sementara itu, untuk cuti resmi (dikenal sebagai "cuti buruh"), saat ini jumlahnya 14 hari, dan akan terus bertambah tiap tahun hingga menyamai jumlah cuti umum. Jika perusahaan meminta karyawan bekerja saat hari libur, harus memberi pemberitahuan sebelumnya, dan mengatur cuti ganti dalam 30 hari, atau memberi upah tambahan satu hari penuh. Ingat, cuti ganti harus berupa "hari rehat lain", tidak bisa asal dimasukkan ke hari Sabtu begitu saja. Untuk cuti tahunan, karyawan yang sudah bekerja satu tahun berhak atas 7 hari cuti tahunan berbayar, dan jumlahnya meningkat sesuai masa kerja, maksimal mencapai 14 hari. Permohonan cuti tahunan tidak bisa ditentukan semaunya oleh bos; karyawan berhak mengusulkan waktu, dan majikan hanya boleh menolak jika ada alasan bisnis yang masuk akal.

Saat membuat jadwal, pastikan menyisakan fleksibilitas, dan cantumkan hari rehat, cuti resmi, serta cuti tahunan sejak awal dalam sistem. Jangan tunggu mendekati hari H baru cari jalan keluar, sehingga Anda tidak rugi uang dan melanggar hukum. Sebenarnya taat aturan itu tidak sulit, asalkan mau merencanakan!



Analisis Kasus Nyata

"Boss, saya bukan robot!" Kalimat ini meledak di ruang ganti sebuah kedai teh, bermula dari karyawan yang selama empat hari berturut-turut dijadwalkan dari shift malam ke shift pagi—"shift neraka". Untungnya, bos Ah Keong cepat tersadar, membuka Ordinan Perkhidmatan untuk menyelamatkan diri, dan baru sadar tanpa sengaja telah melanggar aturan—menurut undang-undang, jika karyawan bekerja lebih dari 8 jam sehari, bagian lembur harus dibayar 1,5 kali upah normal, dan jika bekerja terus-menerus selama 6 jam, harus diberi waktu istirahat minimal 30 menit; jika tidak, itu ilegal.

Solusi Ah Keong sangat sederhana namun efektif: ia mendesain ulang jadwal kerja yang sebelumnya fleksibel hampir tak terkendali, dengan menambahkan logika perhitungan otomatis jam kerja dan selang istirahat. Misalnya, jika seorang karyawan pulang pukul 12 malam hari ini, maka jadwal kerja esok harinya harus dimulai setelah pukul 8 pagi, memastikan ada minimal 8 jam "waktu istirahat antar-shift". Meskipun ini bukan ketentuan hukum eksplisit, namun Departemen Tenaga Kerja sangat menyarankan hal ini untuk mencegah risiko kerja berlebihan.

Kasus lain datang dari perusahaan akuntansi, di mana Si Li mengatur karyawannya "kerja nonstop" saat musim sibuk pelaporan pajak, hingga ada karyawan yang mengeluh tidak diberi cuti ganti. Solusi mereka adalah memperkenalkan sistem "obligasi cuti": jam lembur dapat ditukar dengan cuti ganti atau uang lembur, dan harus didaftarkan terlebih dahulu, agar tidak ada lembur dadakan menjelang hari libur. Dengan cara ini, selain sesuai hukum, moril tim juga meningkat—lagipula, siapa yang tidak ingin sah-sah saja "menghabiskan cuti"?

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa penjadwalan yang patuh aturan bukanlah pembatasan, melainkan cara membangun ritme kerja yang lebih manusiawi dan berkelanjutan dalam kerangka hukum.



Alat dan Teknik

Alat dan teknik: Penjadwalan bukan sihir, tapi kadang terasa butuh tongkat ajaib untuk mengaturnya. Jangan khawatir, sebenarnya cukup kuasai beberapa alat praktis dan strategi komunikasi, penjadwalan yang patuh aturan bisa semudah memesan makanan online!

Pertama, memanfaatkan perangkat lunak penjadwalan adalah "pelampung penyelamat" bagi majikan modern. Alat seperti When I Work, Homebase tidak hanya menghitung jam kerja secara otomatis, tetapi juga bisa mengingatkan risiko lembur, apakah jeda istirahat sudah cukup, bahkan memungkinkan karyawan saling menukar shift sendiri—seperti AI管家 untuk Ordinan Perkhidmatan! Yang penting, sistem menyimpan catatan digital, sehingga jika Departemen Tenaga Kerja datang memeriksa, Anda bisa menunjukkan jadwal digital yang rapi, jauh lebih meyakinkan daripada catatan tulisan tangan.

Kedua, membangun mekanisme komunikasi yang transparan adalah kunci jangka panjang. Adakan "kopi darat penjadwalan" setiap bulan, biarkan karyawan menyampaikan kebutuhan mereka lebih awal, sehingga mengurangi absen dadakan dan meningkatkan rasa memiliki. Ingat, kepatuhan bukan hanya tuntutan hukum, tetapi juga fondasi kepercayaan tim.

Terakhir, jangan malas melakukan peninjauan berkala terhadap jadwal. Lakukan "cek kesehatan jadwal" setiap kuartal, periksa apakah ada karyawan yang bekerja lebih dari 5 hari tanpa hari rehat, atau waktu istirahat yang terpecah-pecah. Temukan masalah? Segera perbaiki, jangan tunggu ada keluhan baru bertindak. Bagaimanapun juga, mencegah lebih baik daripada mengobati, terutama dalam permainan hukum ketenagakerjaan yang "toleransi kesalahan rendah".



We dedicated to serving clients with professional DingTalk solutions. If you'd like to learn more about DingTalk platform applications, feel free to contact our online customer service, or reach us by phone at (852)4443-3144 or email at This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.. With a skilled development and operations team and extensive market experience, we’re ready to deliver expert DingTalk services and solutions tailored to your needs!